Jakarta (28/02/2017) : Awal tahun 2000an masyarakat Ibu Kota DKI Jakarta dan sekitarnya familiar bahkan mungkin acuh terhadap beberapa pamflet, stiker kertas yang bertebaran di tembok-tembok, tiang listrik dan tempat umum lainnya yang dapat dengan mudah dilihat oleh pengguna jalan, sebuah iklan jasa sedot wc.

Ya, saat itu iklan para penyedia jasa sedot wc masih menggunakan cara seperti itu. Entah kapan dan jam berapa tiba-tiba warga mendapati iklan tersebut sudah ada disekitar lingkungannya.

Kini, seiring perkembangan zaman dimana industri periklanan mulai memanfaatkan internet, sebagai basis interaksi sosial, internet dengan media blog, website dan media sosial lebih banyak diakses oleh masyarakat. Hal ini membuat pelaku usaha jasa sedot wc tak ketinggalan memanfaatkannya sebagai media promosi layanannya.


Terdapat ratusan bahkan hingga ribuan blog tentang jasa sedot wc jika mencari menggunakan search engine populer seperti google, yahoo dan bing. Bahkan terjadi pemerataan penyedia jasa sedot wc di berbagai wilayah indonesia yang menggunakan media blog dan website sebagai platform iklan layanannya.

Di Jakarta, salah satu jasa yang sukses besar men digitalkan layanannya adalah jasa tukang ojek dan jasa penyedia transportasi lainnya yang berbasis aplikasi, mungkinkah jasa sedot wc akan bertransformasi seperti halnya jasa ojek tersebut? . Hingga kini belum ada perusahaan jasa sedot wc yang memanfaatkan aplikasi smartphone untuk mempermudah masyarakat mengakses jasa tersebut.

Adalah Asnawi (39) warga Jatiasih, Bekasi. Pelaku usaha jasa sedot wc sejak tahun 2001. Menurutnya iklan jasa sedot wc saat ini memang sudah bergeser dari stiker kertas ke website, bahkan untuk memaksimalkan posisinya di search engine Asnawi tak ragu menggunakan iklan perklik seperti Google Adwords. "Saat ini user pembuat iklan adwords harus mengalokasikan seratus ribu perhari untuk saldo di akun adwordsnya" ujar Asnawi.

 Dari hasil penelusuran saya, para pelaku usaha jasa sedot wc mengenal beberapa istilah didunia blogging dan SEO berawal dari memanfaatkan jasa pembuat website. Namun, karena harganya yang dianggap terlalu mahal akhirnya Asnawi dan beberapa pelaku usaha sedot wc lainnya belajar secara otodidak dalam mempelajari dunia website, blog dan media sosial.

Ditanya mengenai kemungkinan usahanya bertransformasi menjadi berbasis aplikasi, Asnawi pesimis lantaran SDM nya yang belum siap. "Udah pernah kita mau coba, tapi susah juga, supir sama kernet mobil tinja susah kalau disuruh rapih, pake android semua, pokoknya ribet." ungkap Asnawi.